Jumat, 25 Maret 2016

Imam Ibnu Ajjurum pengarang kitab "Jurumiyah"



Siapa yang tidak kenal kitab Al Ajurumiyah? Setiap penuntut ilmu syar’i pasti mengenal kitab ini. kitab kecil yang menjadi pegangan ilmu nahwu bagi para pemula. Banyak dari para penuntut ilmu memulai pelajaran bahasa Arabnya melalui kitab ini. Tidak hanya itu, banyak juga di antara mereka yang menghafalnya.Siapakah pengarang  kitab yang sangat masyhur ini?  Mari kita simak biografi ringkas beliau.

Nama dan nisbah beliau

Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shinhaji (kadang disebut Ash Shonhaji), yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau Ash Shinhaji, merupakan nisbah kepada qabilah Shinhajah di daerah Maghrib. Beliau dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang shufi.
Kelahiran Beliau
Ibnu Ajurum dilahirkan di kota Fas, sebuah daerah yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. Pada tahun itu pula seorang pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang Kitab Alfiyah yang bernama Ibnu Malik –rahimahullah- meninggal dunia.
Wafat Beliau
Ibnu Ajurum rahimahullah wafat di Kota Fas pada hari Senin, tanggal 10 Safar 723 H.
Perjalanan Beliau Menimba Ilmu
Awalnya, Ibnu Ajurum belajar di kota Fas, kemudian beliau berangkat haji ke kota Makkah. Ketika melewati Kairo, beliau belajar nahwu kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar nahwu negeri Andalusia, penyusun Kitab Al Bahrul Muhith, sampai beliau mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan.
Penyusunan Matan Al Ajurumiyah
Ibnu Ajurum menyusun matan Al Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat tahun sebelum beliau wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum –setelah memuji Ibnu Ajurum- menyebutkan di dalam Tadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum masih hidup.
Ar Ra’i dan Ibnul Haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis kitab ini di hadapan Ka’bah. Dan ditambahkan oleh Al Hamidi bahwa setelah menulis kitab ini, Ibnu Ajurum membuang kitabnya ke laut sambil berkata, “Kalau memang kitab ini kutulis ikhlas karena Allah, maka niscaya kitab ini tidak akan basah.” Ternyata kitab Al Ajurumiyah yang beliau tulis tidak basah. Sehingga walaupun kitab ini tipis dan ditujukan bagi pemula, namun karya tulis beliau ini diterima oleh semua kalangan.
Madzhab Ibnu Ajurum dalam Penyusunan Kitab
Dalam menyusun kitab ini, Ibnu Ajurum mengikuti madzhab Kufah. Di antara bukti-buktinya adalah:
1. Beliau menyebut kasrah atau yang menggantikannya dengan khafd (خفض). Adapun pengikut madzhab Basrah menyebutnya dengan jar (جر).
2. Beliau berpendapat bahwa fi’il amr itu di-jazm-kan. Ini adalah pendapat madzhab Kufah. Adapun ahlu Bashrah berpendapat bahwa fi’il amr itu mabni ‘ala sukun.
3. Beliau mengganggap kaifama (كيفما) termasuk jawazim (alat yang menjazmkan fi’il mudhari’) sebagaimana pendapat Ahlu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menolak kaifama sebagai jawazim.
4. Ibnu Ajurum menyatakan bahwa di antara tanda isim adalah menerima alif dan lam (الأليف واللام). Ini adalah pendapat ulama nahwu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menggunakan istilah “al” (ال).
5. Beliau menyebutkan istilah asmaul khomsah (الأسماء الخمسة)  yang terdiri dari
ذو مال
فوك
حموك
أخوك
أبوك
Adapun ahli nahwu Bashrah menyebutnya dengan (الأسماء الستة) dengan menambahkan هنوك.
Ini sebagian bukti yang menunjukkan bahwa Ibnu Ajurum menganut madzhab Kufah.
Beberapa Syarah (Penjelasan) terhadap Kitab Al Ajurumiyah
Ada banyak ulama yang mensyarah Kitab Al Ajurumiyah baik dari kalangan ulama terdahulu maupun ulama di masa kita. Di antara ulama terdahulu adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al Maliki yang dikenal dengan Ar Ra’i (wafat 853 H). Beliau menulis syarah beliau yang berjudul (المستقل بالمفهوم في شرح ألفاظ الللآجرمية)
Adapun syarah yang ditulis oleh ulama muta’akhirin (ulama di masa belakangan ini) antara lain:
1. (التحفة السانية بشرح المقدمة الآجرمية) karya Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid
2. (        شرح المقدمة الآجرمي) karya Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
Wallahu a’lam bisshawwab
Sumber:
- Dars Al Ajurumiyah bersama Al Ustadz Agus Suaidi hafizhahullah
- At Ta’liqaat Al Jaliiyah  ‘ala Syarh Muqaddimah Al Ajurumiyah, Abu Anas Asyraf bin Yusuf bin Hasan, Darul Aqidah, Kairo.
Ditulis oleh Abu Umar Al Bankawy di Sidayu, Gresik. Selesai penulisannya tanggal 13 Dzulhijjah 1430 H.
….
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud ash-Shonhaji, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau ash-Shonhaji, merupakan nisbah kepada qabilah Shinhajah di daerah Maghrib. Beliau dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang shufi. 


Kelahiran Beliau

    Ibnu Ajurum rahimahullah dilahirkan di kota Fas, sebuah daerah yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. Pada tahun itu pula seorang pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang Kitab Alfiyah yang bernama Ibnu Malik rahimahullah  meninggal dunia. 


Wafat Beliau

     Ibnu Ajurum rahimahullah wafat di Kota Fas pada hari Senin, tanggal 10 Shafar 723 H. 

 

Perjalanan Beliau dalam Menimba Ilmu

    Awalnya, Ibnu Ajurum rahimahullah belajar di kota Fas, kemudian beliau berangkat haji ke kota Makkah. Ketika melewati Kairo, beliau belajar nahwu kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar nahwu Negeri Andalusia, penyusun Kitab al-Bahr al-Muhith, sampai beliau mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan. 


Penyusunan Matan al-Ajurumiyah

     Ibnu Ajurum menyusun Matan al-Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat tahun sebelum beliau wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum (setelah memuji Ibnu Ajurum) menyebutkan di dalamTadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis Tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum masih hidup. Ar-Ra’i dan Ibn al-Haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis kitab ini di hadapan Ka’bah. tatkala telah rampung menulis sebuah buku tentang kaidah nahwu yang ditulisnya dengan menggunakan sebuah tinta, beliau mempunyai azam untuk meletakkan karyanya tersebut di dalam air. Dengan segala sifat kewara’annya dan ketawakkalannya yang tinggi, beliau berkata dalam dirinya:

“Ya Allah jika saja karyaku ini akan bermanfaat, maka jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak luntur di dalam air”

    Ajaib, ternyata tinta yang tertulis pada lembaran kertas tidak luntur. Dalam riwayat lain disebutkan, ketika
beliau merampungkan karya tulisnya tersebut, beliau berazam akan menenggelamkan tulisannya tersebut dalam air mengalir, dan jika kitab itu terbawa arus air berarti karya itu kurang bermanfaat. Namun bila ia tahan terhadap arus air, maka berarti ia akan tetap bertahan dikaji orang dan bermanfaat. Sambil meletakkan kitab itu pada air mengalir, beliau berkata : “Juruu Miyaah” (mengalirlah wahai air!). Anehnya, setelah kitab itu diletakkan pada air mengalir, kitab yang baru ditulis itu tetap pada tempatnya. 
    Maka dari situlah, matan jurumiyah ini  mulai tersebar dan bertahan hingga saat ini. Karna matan kecil nan sederhana tersebut telah mendapatkan ridho dari Allah, sehingga ilmu yang ingin disampaikan oleh Imam Ibnu Ajjurum ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mendalaminya.


0 komentar:

Posting Komentar