Siapa yang tidak kenal kitab Al Ajurumiyah? Setiap penuntut ilmu
syar’i pasti mengenal kitab ini. kitab kecil yang menjadi pegangan ilmu nahwu
bagi para pemula. Banyak dari para penuntut ilmu memulai pelajaran bahasa
Arabnya melalui kitab ini. Tidak hanya itu, banyak juga di antara mereka yang
menghafalnya.Siapakah pengarang kitab yang sangat masyhur ini?
Mari kita simak biografi ringkas beliau.
Nama dan nisbah beliau
Beliau adalah Abu
Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shinhaji (kadang disebut Ash
Shonhaji), yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau Ash
Shinhaji, merupakan nisbah kepada qabilah Shinhajah di daerah Maghrib. Beliau
dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang
shufi.
Kelahiran Beliau
Ibnu Ajurum dilahirkan di
kota Fas, sebuah daerah yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. Pada
tahun itu pula seorang pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang Kitab Alfiyah
yang bernama Ibnu Malik –rahimahullah- meninggal dunia.
Wafat Beliau
Ibnu Ajurum rahimahullah
wafat di Kota Fas pada hari Senin, tanggal 10 Safar 723 H.
Perjalanan Beliau Menimba
Ilmu
Awalnya, Ibnu Ajurum
belajar di kota Fas, kemudian beliau berangkat haji ke kota Makkah. Ketika
melewati Kairo, beliau belajar nahwu kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar
nahwu negeri Andalusia, penyusun Kitab Al Bahrul Muhith, sampai beliau
mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan.
Penyusunan Matan Al
Ajurumiyah
Ibnu Ajurum menyusun matan Al Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat
tahun sebelum beliau wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum
–setelah memuji Ibnu Ajurum- menyebutkan di dalam Tadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum
masih hidup.
Ar Ra’i dan Ibnul Haj
menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis kitab ini di hadapan Ka’bah. Dan
ditambahkan oleh Al Hamidi bahwa setelah menulis kitab ini, Ibnu Ajurum
membuang kitabnya ke laut sambil berkata, “Kalau memang kitab ini kutulis
ikhlas karena Allah, maka niscaya kitab ini tidak akan basah.” Ternyata kitab
Al Ajurumiyah yang beliau tulis tidak basah. Sehingga walaupun kitab ini tipis
dan ditujukan bagi pemula, namun karya tulis beliau ini diterima oleh semua
kalangan.
Madzhab Ibnu Ajurum dalam
Penyusunan Kitab
Dalam menyusun kitab ini,
Ibnu Ajurum mengikuti madzhab Kufah. Di antara bukti-buktinya adalah:
1. Beliau menyebut kasrah
atau yang menggantikannya dengan khafd (خفض). Adapun pengikut madzhab Basrah
menyebutnya dengan jar (جر).
2. Beliau berpendapat
bahwa fi’il amr itu di-jazm-kan. Ini adalah pendapat madzhab Kufah. Adapun ahlu
Bashrah berpendapat bahwa fi’il amr itu mabni ‘ala sukun.
3. Beliau mengganggap
kaifama (كيفما)
termasuk jawazim (alat yang menjazmkan fi’il mudhari’) sebagaimana pendapat
Ahlu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menolak kaifama sebagai jawazim.
4. Ibnu Ajurum menyatakan
bahwa di antara tanda isim adalah menerima alif dan lam (الأليف واللام). Ini adalah pendapat
ulama nahwu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menggunakan istilah “al” (ال).
5.
Beliau menyebutkan istilah asmaul khomsah (الأسماء الخمسة) yang terdiri dari
ذو مال
|
فوك
|
حموك
|
أخوك
|
أبوك
|
Adapun ahli nahwu Bashrah
menyebutnya dengan (الأسماء الستة)
dengan menambahkan هنوك.
Ini sebagian bukti yang
menunjukkan bahwa Ibnu Ajurum menganut madzhab Kufah.
Beberapa Syarah
(Penjelasan) terhadap Kitab Al Ajurumiyah
Ada banyak ulama yang
mensyarah Kitab Al Ajurumiyah baik dari kalangan ulama terdahulu maupun ulama
di masa kita. Di antara ulama terdahulu adalah Abu Abdillah Muhammad bin
Muhammad Al Maliki yang dikenal dengan Ar Ra’i (wafat 853 H). Beliau menulis
syarah beliau yang berjudul (المستقل بالمفهوم في شرح ألفاظ الللآجرمية)
Adapun syarah yang
ditulis oleh ulama muta’akhirin (ulama di masa belakangan ini) antara lain:
1. (التحفة السانية بشرح المقدمة
الآجرمية) karya Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid
2. (
شرح المقدمة الآجرمي) karya Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin.
Wallahu a’lam bisshawwab
Sumber:
- Dars Al Ajurumiyah
bersama Al Ustadz Agus Suaidi hafizhahullah
- At Ta’liqaat Al
Jaliiyah ‘ala Syarh Muqaddimah Al Ajurumiyah, Abu Anas Asyraf bin Yusuf
bin Hasan, Darul Aqidah, Kairo.
Ditulis
oleh Abu Umar Al Bankawy di Sidayu, Gresik. Selesai penulisannya tanggal 13
Dzulhijjah 1430 H.
….
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud
ash-Shonhaji, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau ash-Shonhaji,
merupakan nisbah kepada qabilah Shinhajah di daerah Maghrib. Beliau dikenal
dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang shufi.
Kelahiran Beliau
Ibnu Ajurum rahimahullah dilahirkan di kota Fas, sebuah daerah
yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. Pada tahun itu pula seorang
pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang Kitab Alfiyah yang bernama Ibnu Malik rahimahullah meninggal
dunia.
Wafat Beliau
Ibnu Ajurum rahimahullah wafat di Kota Fas pada hari Senin,
tanggal 10 Shafar 723 H.
Perjalanan Beliau dalam Menimba Ilmu
Awalnya, Ibnu Ajurum rahimahullah belajar di kota Fas, kemudian beliau
berangkat haji ke kota Makkah. Ketika melewati Kairo, beliau belajar nahwu
kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar nahwu Negeri Andalusia, penyusun Kitab al-Bahr al-Muhith, sampai
beliau mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan.
Penyusunan Matan al-Ajurumiyah
Ibnu Ajurum menyusun Matan al-Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat tahun sebelum
beliau wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum (setelah memuji Ibnu
Ajurum) menyebutkan di dalamTadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis Tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum masih hidup. Ar-Ra’i dan Ibn al-Haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis
kitab ini di hadapan Ka’bah. tatkala telah
rampung menulis sebuah buku tentang kaidah nahwu yang ditulisnya dengan
menggunakan sebuah tinta, beliau mempunyai azam untuk meletakkan karyanya
tersebut di dalam air. Dengan segala sifat kewara’annya dan ketawakkalannya
yang tinggi, beliau berkata dalam dirinya:
“Ya Allah jika saja karyaku ini akan
bermanfaat, maka jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak luntur
di dalam air”.
Ajaib, ternyata tinta yang tertulis pada lembaran kertas tidak luntur. Dalam riwayat lain disebutkan, ketika
beliau merampungkan karya tulisnya tersebut, beliau berazam akan
menenggelamkan tulisannya tersebut dalam air mengalir, dan jika kitab itu
terbawa arus air berarti karya itu kurang bermanfaat. Namun bila ia tahan
terhadap arus air, maka berarti ia akan tetap bertahan dikaji orang dan
bermanfaat. Sambil meletakkan kitab itu pada air mengalir, beliau berkata : “Juruu
Miyaah” (mengalirlah wahai air!). Anehnya, setelah kitab itu diletakkan
pada air mengalir, kitab yang baru ditulis itu tetap pada tempatnya.
Maka dari situlah, matan jurumiyah ini mulai tersebar dan bertahan hingga saat ini. Karna matan kecil nan sederhana tersebut telah mendapatkan ridho dari Allah, sehingga ilmu yang ingin disampaikan oleh Imam Ibnu Ajjurum ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mendalaminya.
Maka dari situlah, matan jurumiyah ini mulai tersebar dan bertahan hingga saat ini. Karna matan kecil nan sederhana tersebut telah mendapatkan ridho dari Allah, sehingga ilmu yang ingin disampaikan oleh Imam Ibnu Ajjurum ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mendalaminya.
0 komentar:
Posting Komentar